Sabtu, 21 September 2019

PUISI: fisik tak menentukan segalanya



Dia benci gadis dalam cermin itu
Bekas jerawat yang tak pernah hilang
Pipi yang terlalu tembam
Serta ribuan pedang menusuk di punggungnya
                    Dia benci gadis dalam cermin itu
                    Gadis yang selalu merepotkan banyak orang
Lalu dia menjauhi gadis itu
Beralih mengutik ponselnya
Menggulir linimasa media sosial
Melihat foto-foto gadis yang lebih cantik darinya
                    Ia merutuki fisiknya
                    Terus membandingkan dan membenci nya dari dalam
Dia tahu kecantikan bukan segalanya
Tetapi kebanyakan orang?
Orang-orang menjadikan fisik segalanya
Begitu katanya
Lantas tanyaku mengapa memperdulikan mereka?
Iya memang ada orang yang menjadikan fisik segalanya
Tetapi tidak semua seperti itu
                    Mengapa kamu kurang menganggap orang-orang disekitarmu?
                    Teman-teman yang nyata
                    Keluarga yang selalu ada
                    Dan orang-orang yang belum menemukanmu
Dan jika kamu tidak mau dinilai secara fisik
Mengapa kamu menilai dirimu berdasarkan fisik?
                   Coba, keluarlah sejenak
                   Lihat lah ke langit
                   Lihat awan-awan diatas
                   Ia tak simetris
                   Ia berantakan
                   Namun indah bukan?
Awan tak pernah butuh definisi untuk menjadi indah
Awan tetap awan
Menjelma istana kapas
Begitu juga kamu
Dirimu tetap dirimu
Tetap menakjubkan tanpa standard kecantikan apapun
                   Dulu dia benci gadis itu
                   Namun saat ini dia mencoba berdamai dengan dirinya sendiri
                   Mencoba mencari kecantikan dari dalam dirinya
------------------------------------------------------------------------------

HAY bagaimana hari ini? semua lancar? yang kamu rencanakan sesuai harapan?
semoga jawabannya "Iya" kalaupun "tidak" jangan khawatir, karena apa yang terjadi hari ini adalah jalan menuju kebahagiaan di lain hari.

hehe sampai jumpa^^

Minggu, 08 September 2019

CERPEN: The Boys and His illnes



Bagai ditimpa cobaan berkali-kali,anak laki-laki itu menangis. Ia terdiam meratapi nasib. Ia melihat langit-langit kamar dengan sendu. Lidahnya terasa kelu. Badannya gemetar. Ia masih terdiam.,mencoba mendegarkan suara suara yang mengajaknya untuk pergi dari dunia.
“ARKHH”. Teriakannya memenuhi seluruh sudut kamarnya. Ia mencoba untuk menghilangkan suara-suara itu. Percuma saja, suara itu malah makin bising ditelinganya.
Anak laki-laki itu merunduk, mencoba mengingat apa yang terjadi 10 menit lalu. Ketika ayahnya baru pulang langsung memarahi ibunya karena tidak membuatkan secangkir teh untuk ayahnya. Padahal di saat itu keadaan istrinya sedang sakit. Sungguh malang. Lagi-lagi ayahnya juga berkata bahwa ia adalah anak tak berguna,selalu menyusahkan orang tua. Tiada anak yang tidak sakit hati di cela seperti itu begitu juga anak laki-laki ini. Dan satu lagi,di saat yang tidak tepat penyakit nya kambuh. Bagai jatuh ditimpa tangga. Sungguh malang nasib anak itu.
“Assalamualaikum.” Kata ayahnya saat sudah sampai rumah.
“Waalaikumsalam mas sudah pulang?”. Sambut istrinya lemas.
“Ya.” Hanya jawaban yang dingin dari suaminya.
“Teh untuk mas mana? Kenapa tidak ada di meja?.” Tanya suaminya dengan raut wajah sudah memerah. Marah.
“Ah.. maaf mas saya lupa. Saya sedang sakit jadi tidak sempat membuatkan teh untuk mas.” Ucap istrinya dengan wajah takut.
“Kamu gimana sih, disini tuh kerja kamu layanin saya bukan malah enak enakan tidur di kamar sampai teh saya saja tidak dibuatkan. Apa jangan-jangan kamu juga tidak masak?. Kalau kamu seperti ini terus-terusan malas bekerja saya akan ceraikan kamu secepat mungkin.”Ucap suaminya murka.
“Maaf mas bukannya saya malas-malasan, tetapi memang saya sedang sakit mas. Saya berani bersumpah.” Ucap istrinya seraya menyatukan kedua tangannya.
“Halah, tidak usah menyangkal kamu! . Kamu pasti pura-pura kan? Agar saya peduli kepada kamu. Aneh, itu tidak akan menggugah hati saya. Ah iya, dimana pangeran rumah ini? Yang selalu kamu sayangi itu.” Celoteh suaminya dengan nada tinggi.
“Dia sedang belajar mas mohon jangan ganggu dia.”
“Belajar? Hanya itu kesehariannya? Mengurung didalam kamar, entah apa yang dilakukan. Memang ibu dan anak sama saja.”
Mendengar itu anak laki-laki yang sedang belajar di kamarnya meratapi nasibnya. Mengapa orang-orang dirumah tidak pernah mengertinya. Ayahnya, yang selalu melarangnya untuk belajar. Hanya ibu seorang yang mengerti keadaannya.
Lalu dia keluar melihat ibunya yang sedang menangis karena di sakiti ayahnya. Dia menghampiri ibunya dan memeluknya dengan cepat.
“Ibu…” Mereka berdua menangis didalam pelukan.
“Sayang, anak ibu kamu belajar saja. Biarkan ibu disakiti ayahmu, kamu belajarlah dengan tenang di kamar mu.” Ucap Ibunya dengan terisak. Yang diajak bicara hanya menggeleng saja. Dan lelaki tua disana hanya terus berceletuk memarahi istrinya dan anaknya.
Lelaki tua itu menarik tangan anaknya dari pelican ibunya. Menamparnya dengan sangat keras sampai anak laki-laki itu tersungkur dikakinya.
“MAS…” Teriak ibu dari anak itu dengan memeluk anaknya, tidak percaya dengan apa yang dilakukan suaminya.
“KALIAN HANYA MENYUSAHKAN SAYA SAJA APA GUNANYA KALIAN DISINI? HANYA MENUMPANG MAKAN DAN MEMINTA UANG KEPADA SAYA?IYA?!”
“Mas maafkan kami, maafkan saya.” Ucap istrinya dengan terisak dan memeluk kaki suaminya. Suaminya tidak peduli, dia keluar begitu saja meninggalkan anak istrinya yang terluka akibat ulahnya.
Seperdetik kemudian, ibunya menenangkan anaknya. Ibunya hanya takut jika sehabis kejadian seperti ini skizofrenia anak nya kumat. Ya anak laki-laki itu menderita skizofrenia karena….. bisa kalian tebak.
“Kamu tidak papa nak?.” Ucap ibunya dengan mengelus puncak kepala anaknya.
“Gapapa bu, ibu istirahat aja ya sekarang.” Jawab anak itu sembari membangunkan ibunya dan membawa kekamar nya.
Kebetulan sekali hujan turun di malam ini, menambah kesedihan yang begitu dalam baginya. Ah ya, anak laki-laki ini memang tidak suka hujan. Bahkan jika hari mendung saat pulang sekolah dasar, anak laki-laki ini akan mengajak langit berbincang lebih dahulu. Seperti, “Langit, apakah kau mau menurunkan air sekarang? Tunggu aku pulang terlebih dahulu. Aku mohon”. Atau “Jika mau hujan, hujanlah. Aku tidak punya banyak waktu. Aku perlu mengerjakan pr”. Tak lama, anak laki-laki itu seperti mendapat jawaban yang diinginkan dari yang diajak bicara. “Pulanglah, nak,sepertinya hujan akan turun nanti sore. Tenanglah, itu masih lama”. Akhirnya, anak laki-laki itu pulang. Meski hujan tak turun hari itu.
Setiap kali, hujan turun dipertengahan jalan pulang dari sekolah, ia akan berlari sambil menangis di jalan. Lalu saat sampai rumah ia akan ditenangkan oleh ibu dan handuk biru kesayangannya. Saat tubuhnya sedang dikeringkan, ibunya akan berkata, “Nak kamu ini sudah besar sampai kapan kamu tidak akan berteman dengan hujan?”.
Kemudian anak itu menjawab “Gimana gak mau temenan, kalau sekalinya hujan turun selalu keroyokan”.
“Hujan itu rahmat dari Allah nak, kenapa kamu begitu menghindarinya?”.
“Hujan selalu seram bagiku bu. Bahkan lebih seram dari tugas-tugasku yang begitu menumpuk.”
“Gak iri sama teman-temanmu yang sedang main hujan?.”
“Kenapa iri? Aku bisa bermain dengan ibu.” Kemudian setelah bicara seperti itu, ia akan mememani ibunya nonton tv.
Anak itu masih terdiam didalam kamarnya,sambil memegang cutter dia terus menghadapkan ke ujung urat nadinya. Ketika ingin menusukkan ke tangannya,
KRIETTTT
Suara pintu terbuka. Ibunya.
“Ya allah nak apa yang akan kamu lakukan, kamu kenapa?”. Begitu kaget ibunya melihat anak itu sedang memegang cutter yang hanya dikit saja sudah ingin melukai tangan nya itu.
“Bu…..” Anak itu menghampiri ibunya sedetik kemudian ia memeluknya dengan erat.
Ibunya sudah tahu, pasti penyakit anaknya sedang kambuh. “Nak, kamu tenang. Tidak boleh melakukan hal seperti ini”.
“Bu suara itu yang menyuruhku”.
“Apa kamu mau meninggalkan ibu mu yang sudah tua renta ini, hidup sendirian tanpa pangerannya?.”
“Bu…kan bu, tidak. Maaf”. Anak itu mengeratkan pelukannya dan menangis di pelukan hangat ibunya itu.

HAY GUYS HEHE,KALI INI UP CERPEN GIMANA? BAGUS GA? HEHE> MAAF KALAU ADA SALAH KETIK DIKIT-DIKIT YE NAMANYA JUGA MANUSIA.EH TAU GA AMANAT DARI CERITA INI?
JADI, penyakit atau ketakutan apapun akan disembuhkan oleh keluarga. Keluarga sangat penting perannya jika sudah seperti ini.  Coba kalian bayangkan jika ibunya anak laki-laki itu tidak ada. Apak yang terjadi? Ya, anak itu pasti sudah bunuh diri.

Sekian cerpen dari saya, yang mau kasih nilai atau comment apapun juga boleh,hehe. Bye

Rabu, 28 Agustus 2019

myself?

~`HAy Assalamualaikum Semua...........
          Perkenalkan nama abdi Sabrina Dinda Ayu Fahrudin, biasa dipanggil bina,sarbin,sabna,sabrina,ina,una*hm ok bnyk*. Umur gua 14 tahun, lahir di jakarta 28 Mei 2005. Gua ini anak rantau dan yang pasti bukan anak jakarta asli. Anak ngalaM yang lahir di Jakarta itu termasuk bukan orang Jakarta kan?:v.  Gua anak pertama dari 2 bersaudara. Kata bunda anak pertama harus punya tanggung jawab yang besar sama adik-adiknya. Emang bener?.
          Hoiya gua mau jelasin gimana nama-nama panggilan itu muncul ampe banyak gitu:v. Jadi yang pertama nama panggilan sabna. Panggilan ini sih kata ayah dari temennya yang artinya embun pagi dalam bahasa india. Jadi ceritanya dulu ayah punya temen orang India, dia tahu kalau Bunda lagi hamil, terus dia bilang ke ayah "Bro, gimana kalau pas anak kamu lahir di panggil sabna? bagus tuh artinya" *ya bgitulah umpamanya:v*. Seiring makin beranjak balita *cie ilah bahasanya:v* gua dipanggil om dengan sebutan de una, gatau sih artinya apa cuman kata om waktu itu bilang "Sabna kesusahan mending de Una" *iya dah om:v*.
          Terus nama Sarbin,ina,bina itu dari temen temen gua yang pas gua tanya kenapa pada manggil itu mereka jawabannya sama kayak om gua "Sabrina kesusahan gua panggil bina aja", "Bina aja ya, sabrina ribet", "Sarbin ajalah yang gampangan", "Sabrina terlalu panjang ina aja ya", dan masih banyak lagi. Ya gitulah, gua sih sebenernya mau dipanggil apa aja asalkan jangan di kata-katain nama binatang aja.ekekek.
          Gua ini anaknya ga terlalu feminim-feminim amat. Suka warna terang ngga, liat alat tulis warna pink ga tertarik,liat alat tulis lucu ga demen, dibeliin baju warna terang di kasih adek. Emang kayak udah musuhan aj gitu ama barang-barang warna terang nan lucu hahahahaa.
          Hoiya hobby gua itu hm.... apaya........ Mungkin membaca? Menulis cerita? rebahan? Atau bahkan ghibah?. Hahahaha. Hobby gua itu bisa dibilang hal-hal yang berbau sastra. Kayak nulis cerita, nulis puisi, membaca novel, dan yang lain lain. Ya walaupun hasil tulisan karangan cerita atau puisi nya ga bagus-bagus amat si, tapi ya namanya pemula harus banyak belajar ya nggak? *hehe*. Kalau ditanya belajar atau terinspirasi darimana, gua terinspirasi dari saudara yang emang anak nya suka banget sastra dan sampai bikin buku kumpulan puisi dia gitu keren kan..... dan tahun ini kalau gaksalah dia mau nyetak buku yang ketiga deh. Dia masih SMA dan udah nyiptain buku ke tiga menurut gua sih keren bangett. Tunggu ka aku akan menjadi penerus mu dalam keluarga kita.... hehehe. Eh kalau kalian mau tau orang nya kalian bisa kepoin akun instagramnya @syahlathlita, pantengin terus ig nya siapa tau dia lagi open PO untuk buku ke tiganya ini!.
   Sekalian deh follow ig gua ya! @ssbin.s
Segitu aja deh wassalamualaikum....

PUISI: fisik tak menentukan segalanya

Dia benci gadis dalam cermin itu Bekas jerawat yang tak pernah hilang Pipi yang terlalu tembam Serta ribuan pedang menusuk di pungg...