Bagai ditimpa cobaan berkali-kali,anak laki-laki itu
menangis. Ia terdiam meratapi nasib. Ia melihat langit-langit kamar dengan
sendu. Lidahnya terasa kelu. Badannya gemetar. Ia masih terdiam.,mencoba
mendegarkan suara suara yang mengajaknya untuk pergi dari dunia.
“ARKHH”. Teriakannya memenuhi seluruh sudut kamarnya.
Ia mencoba untuk menghilangkan suara-suara itu. Percuma saja, suara itu malah
makin bising ditelinganya.
Anak laki-laki itu merunduk, mencoba mengingat apa
yang terjadi 10 menit lalu. Ketika ayahnya baru pulang langsung memarahi ibunya
karena tidak membuatkan secangkir teh untuk ayahnya. Padahal di saat itu
keadaan istrinya sedang sakit. Sungguh malang. Lagi-lagi ayahnya juga berkata
bahwa ia adalah anak tak berguna,selalu menyusahkan orang tua. Tiada anak yang
tidak sakit hati di cela seperti itu begitu juga anak laki-laki ini. Dan satu
lagi,di saat yang tidak tepat penyakit nya kambuh. Bagai jatuh ditimpa tangga.
Sungguh malang nasib anak itu.
“Assalamualaikum.” Kata ayahnya saat sudah sampai
rumah.
“Waalaikumsalam mas sudah pulang?”. Sambut istrinya
lemas.
“Ya.” Hanya jawaban yang dingin dari suaminya.
“Teh untuk mas mana? Kenapa tidak ada di meja?.” Tanya
suaminya dengan raut wajah sudah memerah. Marah.
“Ah.. maaf mas saya lupa. Saya sedang sakit jadi tidak
sempat membuatkan teh untuk mas.” Ucap istrinya dengan wajah takut.
“Kamu gimana sih, disini tuh kerja kamu layanin saya
bukan malah enak enakan tidur di kamar sampai teh saya saja tidak dibuatkan.
Apa jangan-jangan kamu juga tidak masak?. Kalau kamu seperti ini terus-terusan
malas bekerja saya akan ceraikan kamu secepat mungkin.”Ucap suaminya murka.
“Maaf mas bukannya saya malas-malasan, tetapi memang
saya sedang sakit mas. Saya berani bersumpah.” Ucap istrinya seraya menyatukan
kedua tangannya.
“Halah, tidak usah menyangkal kamu! . Kamu pasti
pura-pura kan? Agar saya peduli kepada kamu. Aneh, itu tidak akan menggugah
hati saya. Ah iya, dimana pangeran rumah ini? Yang selalu kamu sayangi itu.”
Celoteh suaminya dengan nada tinggi.
“Dia sedang belajar mas mohon jangan ganggu dia.”
“Belajar? Hanya itu kesehariannya? Mengurung didalam
kamar, entah apa yang dilakukan. Memang ibu dan anak sama saja.”
Mendengar itu anak laki-laki yang sedang belajar di
kamarnya meratapi nasibnya. Mengapa orang-orang dirumah tidak pernah
mengertinya. Ayahnya, yang selalu melarangnya untuk belajar. Hanya ibu seorang
yang mengerti keadaannya.
Lalu dia keluar melihat ibunya yang sedang menangis
karena di sakiti ayahnya. Dia menghampiri ibunya dan memeluknya dengan cepat.
“Ibu…” Mereka berdua menangis didalam pelukan.
“Sayang, anak ibu kamu belajar saja. Biarkan ibu
disakiti ayahmu, kamu belajarlah dengan tenang di kamar mu.” Ucap Ibunya dengan
terisak. Yang diajak bicara hanya menggeleng saja. Dan lelaki tua disana hanya
terus berceletuk memarahi istrinya dan anaknya.
Lelaki tua itu menarik tangan anaknya dari pelican
ibunya. Menamparnya dengan sangat keras sampai anak laki-laki itu tersungkur
dikakinya.
“MAS…” Teriak ibu dari anak itu dengan memeluk
anaknya, tidak percaya dengan apa yang dilakukan suaminya.
“KALIAN HANYA MENYUSAHKAN SAYA SAJA APA GUNANYA KALIAN
DISINI? HANYA MENUMPANG MAKAN DAN MEMINTA UANG KEPADA SAYA?IYA?!”
“Mas maafkan kami, maafkan saya.” Ucap istrinya dengan
terisak dan memeluk kaki suaminya. Suaminya tidak peduli, dia keluar begitu
saja meninggalkan anak istrinya yang terluka akibat ulahnya.
Seperdetik kemudian, ibunya menenangkan anaknya.
Ibunya hanya takut jika sehabis kejadian seperti ini skizofrenia anak nya
kumat. Ya anak laki-laki itu menderita skizofrenia karena….. bisa kalian tebak.
“Kamu tidak papa nak?.” Ucap ibunya dengan mengelus
puncak kepala anaknya.
“Gapapa bu, ibu istirahat aja ya sekarang.” Jawab anak
itu sembari membangunkan ibunya dan membawa kekamar nya.
Kebetulan sekali hujan turun di malam ini, menambah
kesedihan yang begitu dalam baginya. Ah ya, anak laki-laki ini memang tidak
suka hujan. Bahkan jika hari mendung saat pulang sekolah dasar, anak laki-laki ini
akan mengajak langit berbincang lebih dahulu. Seperti, “Langit, apakah kau mau
menurunkan air sekarang? Tunggu aku pulang terlebih dahulu. Aku mohon”. Atau “Jika
mau hujan, hujanlah. Aku tidak punya banyak waktu. Aku perlu mengerjakan pr”.
Tak lama, anak laki-laki itu seperti mendapat jawaban yang diinginkan dari yang
diajak bicara. “Pulanglah, nak,sepertinya hujan akan turun nanti sore.
Tenanglah, itu masih lama”. Akhirnya, anak laki-laki itu pulang. Meski hujan
tak turun hari itu.
Setiap kali, hujan turun dipertengahan jalan pulang
dari sekolah, ia akan berlari sambil menangis di jalan. Lalu saat sampai rumah
ia akan ditenangkan oleh ibu dan handuk biru kesayangannya. Saat tubuhnya
sedang dikeringkan, ibunya akan berkata, “Nak kamu ini sudah besar sampai kapan
kamu tidak akan berteman dengan hujan?”.
Kemudian anak itu menjawab “Gimana gak mau temenan,
kalau sekalinya hujan turun selalu keroyokan”.
“Hujan itu rahmat dari Allah nak, kenapa kamu begitu
menghindarinya?”.
“Hujan selalu seram bagiku bu. Bahkan lebih seram dari
tugas-tugasku yang begitu menumpuk.”
“Gak iri sama teman-temanmu yang sedang main hujan?.”
“Kenapa iri? Aku bisa bermain dengan ibu.” Kemudian
setelah bicara seperti itu, ia akan mememani ibunya nonton tv.
Anak itu masih terdiam didalam kamarnya,sambil
memegang cutter dia terus
menghadapkan ke ujung urat nadinya. Ketika ingin menusukkan ke tangannya,
KRIETTTT
Suara pintu terbuka. Ibunya.
“Ya allah nak apa yang akan kamu lakukan, kamu kenapa?”.
Begitu kaget ibunya melihat anak itu sedang memegang cutter yang hanya dikit saja sudah ingin melukai tangan nya itu.
“Bu…..” Anak itu menghampiri ibunya sedetik kemudian
ia memeluknya dengan erat.
Ibunya sudah tahu, pasti penyakit anaknya sedang
kambuh. “Nak, kamu tenang. Tidak boleh melakukan hal seperti ini”.
“Bu suara itu yang menyuruhku”.
“Apa kamu mau meninggalkan ibu mu yang sudah tua renta
ini, hidup sendirian tanpa pangerannya?.”
“Bu…kan bu, tidak. Maaf”. Anak itu mengeratkan
pelukannya dan menangis di pelukan hangat ibunya itu.
HAY GUYS HEHE,KALI INI UP CERPEN GIMANA? BAGUS GA?
HEHE> MAAF KALAU ADA SALAH KETIK DIKIT-DIKIT YE NAMANYA JUGA MANUSIA.EH TAU
GA AMANAT DARI CERITA INI?
JADI, penyakit atau ketakutan apapun akan disembuhkan
oleh keluarga. Keluarga sangat penting perannya jika sudah seperti ini. Coba kalian bayangkan jika ibunya anak
laki-laki itu tidak ada. Apak yang terjadi? Ya, anak itu pasti sudah bunuh
diri.
Sekian cerpen dari saya, yang mau kasih nilai atau
comment apapun juga boleh,hehe. Bye